Rinjani, gunung yang memiliki panaroma yang bisa dibilang paling
bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Setiap tahunnya
(Juni-Agustus) banyak dikunjungi turis mulai dari penduduk lokal,
penikmat kegiatan outdoor,
pecinta alam dan penikmat alam lainnya.
Gunung
Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi ketiga tertinggi di
Indonesia dengan ketinggian 3.726 m dpl.
Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan perwakilan tipe ekosistem
hutan hujan pegunungan rendah hingga pegunungan tinggi dan savana di
Nusa Tenggara.
Flora dan Fauna Rinjani
Terdapat satu jenis mamalia endemik yaitu musang rinjani (
Paradoxurus hemaproditus rinjanicus), juga terdapat kijang (
Muntiacus muntjak nainggolani), lutung budeng (
Trachypithecus auratus kohlbruggei), trenggiling (
Manis javanica), burung cikukua tanduk (
Philemon buceroides neglectus), dawah hutan (
Ducula lacernulata sasakensis), kepudang kuduk hitam (
Oriolus chinensis broderipii), dan beberapa jenis reptilia.
Potensi tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Gunung Rinjani antara lain jelutung (
Laportea stimulans), dedurenan (
Aglaia argentea), bayur (
Pterospermum javanicum), beringin (
Ficus benjamina), jambu-jambuan (
Syzygium sp.), keruing (
Dipterocarpus hasseltii), rerau (
D. imbricatus), eidelweis (
Anaphalis javanica), dan 2 jenis anggrek endemik yaitu Perisstylus rintjaniensis dan P. lombokensis.
Mendaki Gunung Rinjani
Selain puncak, tempat yang sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau kawah di ketinggian 2.000 mdpl.
Ada 2 rute untuk mencapai lokasi:
- Desa Senaru : dari Mataram – Bayan – Senaru, ± 82 km (2,5 jam)
- Desa Sembalun Lawang : dari Mataram – Selong – sambelia – Sembalun Lawang, ± 140 km (4,5 jam)
Para pendaki biasanya menyukai perjalanan melewati Sembalun, karena
rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena
melalui padang savana yang terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari
langsung membakar kulit)
Tantangan awal yang mesti ditempuh adalah padang sabana yang luas dan
berbukit-bukit. Karakteristik alam ini memberikan pengalaman baru bagi
petualang yang biasa
mendaki pegunungan di tanah Jawa. Biasanya pegunungan di Jawa lebih banyak menyuguhkan hutan homogen dan heterogen.
Tanah tandus berdebu disertai iklim yang menyengat membuat stamina
cepat terkuras. Hanya di beberapa tempat terhampar rumut ilalang yang
lebat sebagai makanan lezat bagi lembu-lembu gembala. Di tempat tertentu
terdapat pos khusus yang bisa digunakan berkemah dengan mata air dan wc
darurat.
Sehabis padang sabana, medan perjalanan terasa semakin berat.
Tanjakan terjal dengan jurang menganga mulai hadir di antara rimbunan
hutan heterogen. Gunung Rinjani bisa dikatakan aman dari ancaman
binatang buas. Burung, monyet yang bergelantungan dan ayam hutan yang
kerap dijumpai di hutan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 7 jam, sampailah di pelawangan
(punggungan gunung) Sembalun Lawang. Lokasi yang ditumbuhi cemara gunung
(
Casuarina junghuniana) ini merupakan pos pendakian terakhir sebelum menuju puncak.
Pelawangan Sembalun Lawang terletak persis di lereng penyangga Danau
Segara Anakan. Walhasil, sembari istirahat, pendaki bisa sepuasnya
menyaksikan keeksotisan danau raksasa yang terbentuk secara vulkanik
akibat letusan Gunung Rinjani.
Di
danau kita bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yang banyak sekali.
Penduduk Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan untuk
berendam di kolam air panas dan mancing.
Summit attack biasa
dilakukan pada jam 3 dinihari untuk mencari momen indah – matahari
terbit di puncak Rinjani. Medan perjalanan menuju puncak berat dan
cukup berbahaya. Padang pasir, kawah, dan jurang yang seolah tanpa
dasar, akan memaksa berpacunya adrenalin selama 3-5 jam perjalanan.
karena meniti di bibir kawah dengan margin safety yang pas-pasan. Medan
pasir, batu, tanah. 200 meter ketinggian terakhir harus ditempuh dengan
susah payah, karena satu langkah maju diikuti setengah langkah turun
(terperosok batuan kerikil). Buat petualang – ini tempat yang paling
menantang dan disukai karena beratnya medan terbayar dgn pemandangan
alamnya yang indah. Anda akan melihat Gunung Agung di Bali, Gunung
Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas
saat cuaca bagus di pagi hari. Untuk mendaki Rinjani tidak diperlukan
alat bantu, cukup stamina, kesabaran. Biasanya angin bertiup cukup
kencang.
Mitos dan Legenda Danau Segara Anakan
Bagi suku Sasak, Danau Segara Anakan dianggap tempat sakral yang
harus dijaga kesuciannya. Danau berwarna hijau dan biru itu, digunakan
pula sebagai tempat ziarah dan peribadatan umat Hindu, Islam Wettu Telu
(sinkretisme Islam-Hindu) serta kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Maka tak perlu heran, bila mencium asap dupa atau menemukan kembang
sesaji di sekitar tepian danau. Selain itu, Suku Sasak sangat
menghormati tempat persemayaman Dewi Anjani ini, yang dipercaya sebagai
penguasa tertinggi alam gaib Gunung Rinjani ini.
Air danau yang berasa kesat, akibat campuran air tawar dan air
belerang ini, diyakini sebagai obat ampuh untuk menyembuhkan berbagai
penyakit. Percaya atau tidak, nyatanya keadaan ini menyebabkan tumbuhnya
kearifan budaya lokal untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
menghindari eksploitasi sumber daya alam.
Terlepas dari semua itu, para pendaki akan merasa dimanjakan alam.
Untuk melemaskan otot yang tegang, kita bisa berendam air panas seharian
di beberapa kolam belerang alami. Walaupun dijadikan tontonan puluhan
monyet liar yang bertaring tajam. Pendaki perlu juga mewaspadai monyet –
monyet yang berkeliaran di sini karena terkadang mereka mencuri barang –
barang bawaaan pendaki.
Keseluruhan perjalanan dapat dicapai dalam program tiga hari dua
malam, atau jika hendak melihat dua objek lain: Gua Susu dan gunung Baru
Jari (anak gunung Rinjani dengan kawah baru di tengah danau) perlu
tambahan waktu dua hari perjalanan.
Pendakian kita akan berakhir di Pintu rimba desa Senaru
Salam Rimba……..
Lestarikan Hutan Kita…….